Menurut kesaksian tokoh umat yang masih hidup sampai sekarang, ada beberapa kenangan manis yang tidak bisa dilupakan dari penampilan, kesaksian hidup dan karya pastor ini. Kesalehan yang pertama kita dengar yang disaksilan umat ialah bahwa Beliau seorang penyabar dan pekerja keras. Beliau sangat rajin bekerja termasuk dalam hal mengurusi hal-hal kecil kebutuhan rumah seperti memasak, menyapu dan dengan setia menyapa dan memanggil saudara untuk kegiatan-kegiatan komunitas seperti makan dan rekreasi bersama. Dia mengangkat diri sebagai tukang lonceng komunitas.
Terkadang Beliau juga melucu tetapi dia sendiri tidak tertawa sementara orang lain yang mendengar guyonnanya sudah terbahak ngakak. Walaupun dia lebih tua dari segi umur daripada Pastor Arie van Diemen, pastor ini sangat hormat kepada P. Arie van Diemen selaku pastor paroki. Dan pastor Arie sendiri sangat bersyukur bahwa pernah satu komunitas dengannya.
Daya ingatannya sangat kuat. Maka semua orang yang dari dahulu pernah ia kenal, atau orangtuanya, dari mana asalnya lengket dengan sangat ketat di dalam memorinya dan bertahan lama. Walaupun dia sudah lama tidak pernah jumpa dengan seseorang yang pernah ia kenal, misalnya orang dari Simbolon Samosir, Tebing Tinggi, Tomok, dia ingat dengan akurat. Hal itu, tentu saja, dikagumi dan disukai orang dan membuatnya semakin dikenang juga.
Salah satu kekhasan kerasulannya yang sederhana tetapi masih tetap tersimpan dalam kenangan umat ialah doa rosario di rumah-rumah umat teristimewa pada bulan Mei dan Oktober. Marhuria (kunjungan stasi) dilakukan dengan teratur dan setia yakni pada hari Minggu, Selasa dan Jumat. Pemberkatan perkawinan dengan “instant” diladeni dengan cinta pastoral yang sangat khas. Pastor yang baik ini juga mengurusi keuangan paroki dan ordo di komunitas.
Perayaan Ekaristi bersama dengan Mudika dan para suster serta anak asrama yang segera akan dibuka, juga dengan tekun ia rayakan. Secara pribadi ia seorang yang sungguh-sungguh pendoa. Rosario sambil mundar-mandir di tengah-tengah keteduhan pohon perkarangan dilakukannya dengan sangat saleh dan khas.
Pastor misionaris ini sangat berminat bertukang dan mengurusi bagian perkayuan. Dia sangat senang membuat peralatan gereja yang terbuat dari kayu seperti altar, mimbar, salib dan bangku gereja. Salah satu bukti hasil karnyanya, bangku yang ada di gereja paroki sekarang kebanyakan masih hasil karya tangannya. Entah berapa rosario yang sudah ia buat sendiri dan diberikan juga dengan harga kekeluargaan kepada umat.
Pada tgl 26 mei 1975 P. Jenniskens bersama pastor Arie pindah dari Kisaran ke Aek Kanopan. Gubuk yang mereka huni adalah karya tangan 'Ompu Jennis’ ini sendiri. Ukurannya satu meter dinding beton, selebihnya papan beratapkan nipah. (rumbia). Di tempat gubuk dibangun, belum ada bangunan lain. Sekelilingnya ditumbuhi oleh ilalang, pohon kelapa, rambutan, durian dan beringin. Selama 2 tahun mereka menempati gubuk sangat sederhana tersebut sebelum pastoran permanen bersama gereja dibangun.
Mula-mula gereja katolik masih berada di bagian Timur jalan raya antar lintas Sumatera. Kemudian lahan tersebut dijual kepada Jemaat Metodis.
Jumlah stasi waktu itu mendekati 40. Di sana sini orang katolik sudah mulai berkumpul, kendati belum pernah dikunjungi pastor. Sementara itu, kawasan paroki Aeknabara sekarang sudah terbentuk juga sebanyak 20 stasi.
Selama bertempat tinggal di Aek Kanopan, pastor Jennis biasa 3 kali seminggu 'marhuria'. Stasi-stasi yang relatif dekat, (kawasan rayon Asahan dan rayon Aekkanopan sekarang) dikunjunginya dengan setia. Sementara kawasan rayon Kualuh dan Pamingke sekarang baginnya sudah terlalu susah medannya. Kawasan itu bagian dari pastor Arie.
Memang untuk bagian daerah yang dia sendiri tidak kenal, urusan bangunan tidak terlalu gampang diladeninya. (Kualuh, Pamingke, dan seluruh kawasan Aeknabara).
Ia senantiasa siap juga menerima tamu, karena ia lebih sering dan teratur tinggal di rumah. Sementara pastor paroki sering sekali “tourne” sampai terkadang mendekati satu bulan tidak pulang ke komunitas. Termasuk 'urusan pasupasu' ditangani Ompung ini dengan sangat praktis. Sebabnya, tempo hari urusan perkawinan belum teratur sebaik sekarang ini. Siapa saja, kapan saja yang datang, sesudah kanonik sejenak saja, langsung secara 'instant' diberkati.
Karena selalu ia menyapa semua umat dengan ramah, maka ia sangat disenangi oleh umat dan anggota masyarakat lainnya. Memang dia seorang kapusin sejati penuh persaudaraan, sederhana dan ceria. Semoga ia menikmati kehidupan baru dengan segala kelimpahannya di rumah Bapa. Saudara Beatus Jenniskens yang baik doakan kami.
2 komentar:
mantap..semoga semangat para misionaris tetap hidup dan menyala sampai sekarang
Saudara yang baek, terimakasih atas komentarnya. Tetap sangat baek saudaraku memberi pengenal dari siapa komentar ini. Salam (Hias)
Posting Komentar